Minggu, 14 Mei 2017

Karenamu Aku Mencintainya


Mulai muncul di gulungan awan putih teriknya sungguh sangat menyilaukan. Membuat lengkungan merah mulai mengering. Perkenalkan aku Syifa, aku baru saja lulus SMP. Kini aku mengendarai motor bersama ayahku menuju sekolah baruku. Aku terkadang malu akan keadaanku, namun aku berusaha dan selalu berusaha menguatkan tekadku. Aku harus melebihi hari ini, aku ingin menjadi anak yang berbakti pada kedua orangtuaku.





Sambil memeluk ayahku dengan tangan kananku, tangan kiriku mulai sibuk merapikan jilbabku. Tak berselang berapa lamapun gerbang sekolah telah menyapa, aku turun dan hanya bisa menghiraukan sekelilingku sembari mengatakan dalam hati “Kenapa? Apa yang mereka lihat? Ayahku? Kenapa ayahku? Penampilannya? kenapa memang? Setidaknya ayahku menyempatkan waktunya untuk mengantarku, menjagaku, apa masalah mereka?”. Aku pun kembali meredam amarah dan membangkitkan senyuman yang hampir saja padam dari tatanan wajahku.
Aku memasuki sekolahku dengan langkah kaki kecil yang tertata, setiap kali mataku berpaling terlihat megahnya arsitektur sekolah ini. Aku bersyukur meski diriku dari keluarga sederhana setidaknya aku bisa masuk ke sekolah yang bisa dikatakan kelas berat ini. Tiba-tiba. duk dukk.
Buku berserakan di lantai. “afwan akhwat.” Suara itu datang dari sebelahku, aku tidak mengerti bahasa apa itu aku hanya mencoba mengangguk, dan mengambil beberapa bukunya
“Kamu siswi baru ya? pantas saja saya baru lihat perkenalkan namaku yusuf, aku baru saja naik kelas 11. Afwan akhwat atas yang tadi, aku benar-benar tak sengaja.” Lirihnya mulai melangkah mundur. “Perkenalkan namaku yusuf masih kelas 11 kok” dia mulai tertawa
Aku mengulurkan tanganku “kalau namaku syifa kak”
Dia hanya tersenyum, sembari menjawab “syifa muslim kan?, sebagai muslimah yang taat syifa harus tau dilarang loh bersentuhan dengan lawan jenis, syifa mau jadi muslimah sejati kan?’” jawabannya membuatku tersipu malu, aku tidak mengetahui hal itu. Aku hanya mengangguk pelan dengan menundukkan pandanganku
“Kalau begitu aku pergi dulu, assalamualaikum syifa” dia berjalan perlahan menjahuiku. Sungguh tak salah aku masuk sekolah ini dalam bidang akademik mungkin aku juga bisa menambah pengetahuan agamaku selain yang kumengerti hanya yang wajib saja.

Sekolah yang luar biasa dalam sekejap deretan wajah-wajah baru telah menjadi temanku. Ya Allah semoga teman baruku itu bisa menjadi sahabatku, inilah permintaan pertamaku di sekolah ini. Aku berjalan melintasi kooridor kelas yang mulai ditemani angin. Terkadang menengok isi ruang kelas. Tanpa sadar aku melihat kak yusuf sendiri membaca buku. Aku mengetuk pintu
“assalamualaikum kak”. Aku mulai membuka pintu
“jangan, aku hanya sendiri, tunggu sampai yang lainnya datang. Nanti jika hanya kita berdua akan menimbulkan fitnah syifa.” Aku menutupnya kembali.

Beberapa saat kemudian ada sekelompok siswa yang muncul, bukan hanya siswa tapi siswi juga. Dengan pakaian mereka Masyaallah luar biasa. “nah syifa ayo masuk” suara itu menyapaku pelan dari balik pintu, suara kak yusuf
“nah syifa ini adalah komunitas kami Remaja mesjid, kami-kamilah yang biasanya mengurus mesjid sekolah. Jadi saat pulang sekolah seperti ini kami diskusi dulu, diskusi semacam ilmu agama, nah kalau sudah ashar kita sholat dimesjid selanjutnyaa ada sesi membersihkan mesjid.” Jelas kak yusuf
Aku mulai berfikir, aku sangat tertarik. Tapi aku juga memikirkan baagaimana dengan kerja tugasku dan waktuku membantu ibu. Aku mulai melirik kak yusuf
Dia menunduk dan tersenyum
“Tenanglah syifa, kami juga dahulunya berfikir bahwa ini terlalu membuang waktu, tapi coba pikirkan kapan lagi kita bisa lebih dekat sama pencipta kita, kapan lagi kita bisa belajar, itu juga pernah ada dalam benak kami semua. Makanya kami terkadang harus berkorban, dalam hijrah seorang hamba memang seperti ini, kami terkadang membuang waktu istirahat kami guna langsung mengerjakan tugas ataupun belajar, tatkala teman bermain kita malah serius-seriusnya. Ya tidak menjadi masalah bagi kita, asalkan diridhoi Allah”
Aku berfikir kembali, dan aku bertanya “Kak boleh aku bergabung?”
“ya jelas bolehlah, kami disini terbuka bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih baik agama islam”. Aku tersenyum malu menatap wajah kak yusuf, dia begitu baik, parasnyapun sesuai dengan sikapnya, dihari pertama aku mengenal orang ini aku sudah menganguminya dan ingin menjadi sepertinya

Waktu kian berlalu aku sudah 6 bulan berada di sekolah ini, yang berarti sudah 6 bulan juga menjadi anggota remaja mesjid, yang Alhamdulillah makin banyak saja yang kuketahui tentang agamaku ini. Hari ini juga sudah pembagian rapor. Alhamdulillah aku setidaknya memasuki sepuluh besar di urutan ke 8. Namun hari ini berarti keseharianku di sekolah dan keseharianku sepulang sekolah akan terhenti selama dua minggu.
Aku pulang dengan perasaan yang lumayan hampa, aku sama sekali tidak memiliki no teman-teman remaja mesjid dan kak yusuf. Aku menghampiri kasurku ditemani alisku yang mulai mengerut karena gelisah. Lalu mengutak-atik ponselku. Kini mulai membuka facebook ku yang sudah lama belum kubuka. Aku mengutak-atik isinya. Pemberitahuaanku mulai menggunung, pesan dari teman lamaku juga. Tapi aku masih bosan juga. Kini kucoba mencari nama kak yusuf.
Aku menemukannya, aku merasa senang.
Aku menambahkannya sebagai temanku, dia langsung mengkonfirmasi permintaan pertemananku. Aku senang sekali, bahkan rasanya ingin meloncat dari kasurku ini
Aku mengirimakannya pesan, aku terlihat cukup berani “Assalamualaikum kakak”
Kata itu mengawali percakapan yang sangat panjang

Aku mulai dekat dengan kak yusuf dihitung-hitung ini tahun terakhir, kak yusuf di sekolah ini, maksudnya dia itu sudah kelas XII. Teman-temanku pun terkadang menyindirku, apa salahnya sih? Kan aku juga tidak memiliki perasaan seperti itu. Dan aku memang belum pernah seperti itu. Lagi pula aku dan kak yusuf dekat bagaimana coba? Kan cuma chat di Facebook, kalau berpapasan cuma senyum saja, ya cuma biasa-biasa saja. Lagipula aku dan kak yusuf tau bahwa banyak perbuatan yang mendekati zina, makanya bicaranya hanya melalui via tulisan aja. Kak yusuf juga tidak peka ya, atau memang tidak sadar temannya mulai menggosipinya? Entahlah
Aku ingin menenangkan diri di mesjid dengan sholat dhuha. aku berfikir apa langkahku sudah benar ya, apa hijab syar’i ini kaos kaki ini kupakai dengan sepenuh hati, kenapa rasanya aku semakin gelisah?
Aku pun bertemu kak Nisa di mesjid, dia ini juga makhluk yang temasuk orang yang kukagumi seperti kak yusuf. Yang Masyaallah remaja mesjid tulen. Aku bertanya akan masalahku. Dia bercerita, ya cerita agama yang menginspirasi diriku tantunya. Setiap pertanyaanku dijawabnya dengan nada yang betul-betul lembut, aku kembali berpikir dan mengkhayal. Mungkin saja jika aku ini kaum Adam, maka aku akan menyukai kak Nisa. Mulailah syarafku terhubung, terpintas di pikiranku “Kalau kak yusuf kira-kira suka dengan kak Nisa ya?” astagfirullah, kenapa aku jadi makin aneh saja.
Mulailah aku bertanya masalah remaja, aku sih bingung mau bertanya apa. Aku tidak menyukai kak yusuf tapi aku sepertinya sangat ingin jika suatu saat nanti orang seperti dialah yang menjadi pendampingku
“Kak bagaimana jika aku mengidolakan seseorang, ya maksudnya begini kak. Aku mengangumi sifat lawan jenisku. Dan mulai memperhatikannya?”
Kak nisa tertawa kecil. Dia mulai menjelaskan tentang kewajaran seorang manusia memiliki perasaan seperti itu, itu namanya fitrah. Malah kak nisa juga sempat menggodaku “Benar Cuma mengagumi? Kita tidak tau akan menjadi apa perasaan itu nantinya. Memangnya siapa syifa, ayo beritahu kakak?”. Aku tersipu malu, perkataan itu bagai rasa asin pada makananku, yang benar-benar kurasakan. “kak yusuf, kak” ucapku tertunduk. Kak nisa mulai tertawa meliatku. Diapun menasehatiku bagaimana caranya menjadi seorang muslimah yang taat. Bagaimana caranya merantai nafsuku. Dan memberi tahuku bahwa jangan sampai menimbulkan syahwat bagi lawan jenisku. “karena kita seeorang muslimah bukanlah sebuah bunga yang bisa dijamah oleh lebah, melainkan sebuah mutiara di dasar laut yang paling dalam dan dilindungi oleh kulit tiram yang keras.” Perkataan itu mematungkanku
Perkataannya satu persatu kusimpan. Terlingaku bagai perekam yang handal. Aku memeluk kak nisa “syukron kak, semoga kakak selalu istiqomah di jalannya”

Aku mulai mendengar pekataan kak nisa, akhir-akhir ini aku bahkan tidak chat dengan kak yusuf. Tapi aku dilanda kebingunan lagi hari ini ulang tahunnya kak yusuf. Ulang tahun terakhirnya di sekolah ini. Aku bimbang, aku pun juga merasa ketakutan. Aku sebenarnya sangat ingin memberi hadiah tapi aku juga takut akan perkataan kak nisa agar jangan sampai menimbulkan syahwat pada lawan jenis. Oh tidak, rasanya sulit sekali memutuskannya.
Akupun mulai mengutak-atik lemariku. Aku mendapatkan buku yang baru kubeli beberapa minggu lalu dan masih belum pernah kubaca. Aku memeluk buku itu, dan akhirnya memutuskan untuk memberinya hadiah sekali ini saja.
Aku mengambil kertas kado dan kertas origami. Kertas origami kutulis pesanku “yaumul milad Kak, tetap istiqomah ya, makasih ilmunya” kubentuk menjadi burung dan kuselipkan pada sisi bukunya. Lalu kubungkuslah dengan kertas kado.
Aku bertemu dengannya di gerbang sekolah
“Assalamualaikum kak.” Sapaku pelan. “waalaikum salam syifa, ada apa?” dia menatapku dengan senyuman. Aku menunduk “kak boleh aku pinjam tas kakak?” dia langsung melemparkannya tanpa bertanya. Aku berlari lumayan jauh. Kak yusuf pun mengejarku. Setelah jarakku mulai jauh, aku menaruh hadiahku di tasnya. “kamu kenapa syifa, kenapa lari?” tanyanya terengah-engah. Aku langsung pergi saja dan melempar tasnya
Kupikir dia telah melihat apa maksudku, semoga dia menyukainya.

Kali ini aku ON facebook. Memastikan bahwa dia menyukainya. Aku mengiriminya pesan. Dia tidak kunjung membalasnya padahal tanda hijau masih menyala. Aku mengiriminya lagi hingga 5 kali. Dan akhirnya dia membalas “Afwan adik” balasan pertamanya menggetarkanku. Tidak biasanya dia memanggilku dengan adik, yang biasa itu dengan namaku. “kenapa kak? kakak sakit?” Aku membalas kirimannya
“tidak, cuman adik harus tau tidak ada perayaan pertambahan umur di islam dan ini sudah berlebihan, afwan akhwat” setelah pesan itu kubaca. Tanda hijaunya sudah tidak menyala. Apa ini artinya kak yusuf marah? Aku mencoba mengiriminya pesan

Sudah seminggu kak yusuf masih begitu saja, saat berpapasan pun aku tidak disenyumi lagi. Pesanku hanya dibaca dan tidak dibalas, sunggu pedihnya hati ini. Kak yusuf yang biasanya sangat aktif mulai tidak aktif. Saat aku melihatnya dia melempar pandangan. Hatiku begitu sakit ya Allah. Aku selalu berdoa setiap sholat fardu dan sunnah untuk menenangkan hati. Mungkin benar yang dikatakan kak Nisa aku tidak mengagumi, aku menyukai. Dan nafsuku pada hari itu telah menguasai diriku, sungguh aku sangat menyesal mengitu nafsuku. Sekarang bahkan untuk menyambung silaturahmi dengan kak yusuf begitu sulit. Padahal jika kak yusuf ingin seperti dulu lagi, aku berjanji akan memendam sedalam-dalamnya perasaanku dan hanya mengingat Allah semata.
Kak yusuf juga sudah tidak lama di sekolah ini, kenapa persaudaraan ini hancur disaat seperti ini? Bagaimana caraku memperbaikinya?
Aku benar-benar sangat menyesalinya

4 tahun kemudian
Aku mulai pekerjaan baruku hari ini sebagai asisten dosen, Alhamdulillah sungguh aku sangat senang dengan hasilku seperti ini. Sekarang aku menuju ke ruangan dosen yang akan kudampingi.
“assalamualaikum.”
“waalaikum salam” badan tegap itu berbalik.
“Kamu?” kami berdua sontak kaget. Bagaimana tidak? Dia kak yusuf, meski wajahnya sudah lumayan berbeda tapi aku masih mengenalinya. Orang yang pernah mengubah hidupku
Kami pun memutuskan ke tempat lebih terbuka untuk bercerita. Takut menimbulkan fitnah. Dia masih sama saja seperti kak yusuf yang dulu. Mataku mulai mencuri waktu untuk melihatnya. Kami bercerita tentang pengalaman kami. Dia masih tertawa dan sempat memujiku “Masyaalah hijabmu makin istiqomah saja.” Aku tertawa “iya pak, saya memutuskan berhijab seperti ini setelah menduduki bangku kuliah.” Dia juga muai tertawa “syifa kita ini rekan sekerja, lagipula perbedaan umur kita cuman 1 tahun, sekarang panggil saya yusuf saja.”
Aku kaget ya meski hati ini memanggilnya kak yusuf tapi ada perasaan tidak enak juga “afwan pak, tapi tidak sopan nantinya. Saya takut berbuat salah lagi seperti 4 tahun yang lalu” seketika semua menjadi hening.
“syifa nanti pulang saya yang antar ya.” Ucap kak yusuf. Aku hanya bisa mengangguk

Sesampainya di depan rumahku, kak yusuf bertanya
“Orangtuamu ada?” aku mengangguk pelan. Kak yusuf beniat masuk katanya ada yang ingin dia bicarakan. Jadi aku mempersilahkannya masuk
“Maaf pak, rumah syifa memang sempit.” Kak yusuf hanya tersenyum
Orangtuaku pun beranjak ke ruang tamu
“maaf saja pak jikalau saya mengacaukan istirahat bapak” ucap kak yusuf kepada ayahku
“tidak apa nak, ada urusan apa ya?”
“Begini pak saya Yusuf, anak bapak adalah asisten saya. Jadi bapak kedatangan saya kesini untuk melamar putri bapak yang cantik ini.” Perkataan itu keluar begitu cepat, seakan bagai angin yang tak kupercaya adanya
“Apa bapak tidak salah?” ucapku duduk di samping ayah
“bukannya 4 tahun lalu bapak pernah menjahui saya, lantaran hari ini saya dan kak yusuf baru bertemu dan kak yusuf langsung saja melamar saya.” Ucapku menitihkan air mata
Dia menghela nafas
“afwan syifa, 4 tahun itu kak yusuf tidak berdaya. Kita masih SMA syifa. Jujur saja syifa kak yusuf sudah menyukai syifa sejak pertama kali masuk remaja mesjid, semangat syifa benar-benar membuat kak yusuf kagum. Dan saat syifa mengirim pesan “assalamualaikum kakak” kepada kak yusuf, kak yusuf sangat senang. Tanpa kak yusuf sadari semakin hari semakin kak yusuf pikirkan syifa. Kita chat setiap hari dan tentang agama. Tapi pada saat syifa memberi hadiah ke kak yusuf hari itu. Kak yusuf sadar kita sudah terlewat batasnya, kak yusuf takut buat syifa dosa, kita masih belum halal, karena ternyata saat kak yusuf memikirkan syifa. Ternyata saat itu juga dosa syifa mengalir. Kak yusuf lupa menjaga kesucian syifa, kak yusuf hampir saja terbujuk nafsu dan mengajak syifa pacaran. Sebab hari itulah kak yusuf sadar, dan menjahui syifa. Hari itu kak yusuf berfikir akan menunggu semuanya sampai halal, dan kalau memang bukan syifa jodoh kak yusuf tidak apa, asalkan setidaknya kak yusuf pernah mencoba menjaga syifa. Namun setelah hari ini kita bertemu, kak yusuf paham ini rencana Allah, apa yang kutunggu-tunggu telah datang, dan kak yusuf tidak akan menyianyikannya. Menjadikan nafsu ini sebuah berkah” kak yusuf mulai menitihkan air mata
Ayahku mulai menatapku seakan menandakan, “Jawablah pertanyaannya”
“baiklah syifa, apa syifa ingin menikah dengan kak yusuf?” pertanyaan itu menghujani ku lagi, aku senang tapi air mataku keluar. Jujr saja perasaan kepada kak yusuf masih tersimpan dengan rapi dihatiku
“InsyaAllahkak syifa mau.” aku menjawabnya malu
Kak yusuf menampilkan mukanya yang tersenyum, sangat bahagia. Dia juga menyuruhku mengulurkan tanganku lalu diberikannya 2 origami burung, satu itu dariku saat ulang tahunnya, dan satu lagi jawabnnya yang tertulis “syukron syifa, insyaAllah kak yusuf akan istiqomah dijalannya, setelah itu kak yusuf akan datang untuk menjadikan syifa bidadari ilmunya.” Aku memeluk ayahku. Ayahku ikut mengelusku. “Jadi istri yang baik ya nak.”

Sugguh aku tak sadar akan apa yang dijalankan Allah. Aku sangat bersyukur atas hari ini. Benar juga andai hari itu terus berlanjut, mungkin aku dan kak yusuf akan terjerumus ke maksiat. Dan tidak bisa berjodoh seperti ini. Untung saja hari itu kami tak mengikuti nafsu itu, Nafsu yang pasti ada di seluruh makhluk dimuka bumi ini. Aku sangat bersyukur, Alhamdulillah ya Allah, kau jaga langkahku, kau bimbing diriku menjauh dari api nerakamu. Aku mengerti, aku sangat mengerti sekarang. Bahwa manusia hanya bisa berusaha, dan Allah yang menentukan takdir. Sugguh mulia diri-Nya Sang pencipta, Allah SWT. Ya Allah karena-Mu aku mencintainya.